Rabu, 29 April 2015

Perkembangan E-Commerce dan pengalaman saya dalam membeli barang secara online

PERKEMBANGAN E-COMMERCE

Meningkatnya  pemakaian  internet di Indonesia saat ini menjadikankebiasaan belanja online salah satu pilihan yang tidak asing lagi bagi masyarakat di Indonesia. Seiring dengan hal ini, banyak sekali situs toko online di tanah air sehingga kebiasaan berbelanja di pusat perbelanjaan atau di mall berubah menjadi belanja via toko online.
Saat ini jumlah pemakai internet di Indonesia menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat jumlah 62,9 juta orang dari total 215 juta penduduk, jumlah pemakai ini masih tergolong sedikit, tetapi disisi lain menurut riset dari daily social dan daily transpayment gateway Indonesia diperkirakan pengguna internet akan mencapai angka 150 juta orang dalam kurun waktu lima tahun mendatang. Angka yang meningkat tajam ini mengisyaratkan bahwa prospek perkembangan e-commerce di Indonesia ditahun-tahun mendatang akan menjadi sangat cerah.
Perkembangan pesat e-commerce yang terjadi di Indonesia ini tidak serta merta terjadi tanpa sebab. Andil pemain besar e-commerce di Indonesia dimulai sejak tahun 1996 dengan berdirinya perintis belanja online Dyviacom Intrabumi atau D-Net Wahana transaksi berupa mal online yang disebut D-Mall (diakses lewat D-Net) ini telah menampung sekitar 33 toko online/merchant. Contoh e-commerce di Indonesia yang ikut meramaikan dan kini memiliki reputasi yang baik adalah seperti bhineka.com, blibli.com, tokopedia.com, gramedia.com tokobagus.com. Jajaran e-commerece besar ini telah berhasil meraih kepercayaan konsumernya.
Pada tahun 2012, suatu perusahaan e-commerce di Indonesia mencatat bahwa 41% penjualan mereka berasal dari Jakarta, tapi enam bulan selanjutnya angka ini turun menjadi 22%. Ini menunjukkan bahwa tidak hanya konsumen di Jakarta saja yang rutin berbelanja online, konsumen di luar Jakarta pun tidak ingin ketinggalan mengikuti perkembangan zaman dengan menunjukkan kontribusi mereka pada pasar e-commerce di Indonesia.
Data dari lembaga riset ICD memprediksi bahwa pasar e-commerce di Indonesia akan tumbuh 42% dari tahun 2012-2015. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan negara lain seperti Malaysia (14%), Thailand (22%), dan Filipina (28%)

Perkembangan e-commerce paling pesat di Indonesia adalah pada 5 tahun terakhir ini, hal ini disebabkan oleh karena semakin banyak investor asing telah melirik dan menanamkan modalnya untuk pasar toko online di Indonesia, contohnya seperti Lazada, Zalora, Tokopedia dll. Jajaran web toko online ini merupakan kepanjangan tangan dari Rocket Internet yang bermarkas besar di Jerman, dan telah memiliki website sejenis di 5 negara di Asia Tenggara salah satunya Indonesia.
Berdasarkan data dari Bolton Consulting Group (BCG), pada tahun 2013 golongan kelas menengah di Indonesia sudah mencapai angka 74 juta orang dan diprediksi pada tahun 2020, angka ini naik menjadi 141 juta orang atau sekitar 54% dari total penduduk di Indonesia. Melihat dari data ini, sudah jelas dan bisa dipastikan bahwa potensi pasar e-commerce di Indonesia sangatlah besar. Dengan meningkatnya golongan kelas menengah, orang-orang tidak akan segan untuk mengkonsumsi uang mereka untuk membeli berbagai macam barang yang mereka inginkan. Tapi walaupun memiliki potensi yang besar, tetap ada beberapa masalah yang menjadi penghambat pertumbuhan konsumen yang pernah belanja online.
Dalam artikel di WSJ menyatakan bahwa penyebab pertama kenapa orang Indonesia sampai saat ini masih ada yang belum pernah belanja online adalah rendahnya penetrasi kartu debit dan kredit. Berdasarkan data dari Euromonitor International di tahun 2013, ada 92 juta atau lebih dari 40% akun bank yang terhubung ke kartu kredit dan debit dari total penduduk Indonesia yang mencapai 240 juta. Jika dibandingkan dengan penetrasi mobile phone, angka ini masih rendah karena sekitar 85% orang Indonesia memiliki mobile phone yang mana setiap bulannya mereka menghabiskan 661 halaman untuk browsing.
Penyebab kedua kenapa orang Indonesia belum pernah belanja online adalah ketidakpercayaan. Data riset dari Nielsen menyatakan bahwa 60% orang Indonesia masih takut untuk memberikan informasi kartu kredit mereka di internet untuk belanja online, lebih besar dari negara-negara di Asia Tenggara kecuali Filipina. Walaupun jumlahnya masih rendah dibanding negara dengan total penduduk besar lainnya, jumlah pengguna kartu kredit di Indonesia sudah mulai bertumbuh, pada tahun ini diharapkan pengguna kartu kredit di Indonesia akan mencapai angka 16.5 jutaBerbeda dengan kartu kredit, jumlah kartu debit di Indonesia jauh lebih unggul yaitu hampir mencapai 80 juta pada tahun 2013 kemarin.
Ini adalah permasalahan yang harus dipecahkan perusahaan e-commerce dari sisi infrastruktur dan juga sistem pembayarannya. Perusahaan e-commerce harus bisa meyakinkan calon customer mereka agar mereka mau berbelanja secara online khususnya untuk target pasar anak muda yang pada umumnya sangat mengetahui perkembangan teknologi. Jika suatu perusahaan e-commerce bisa memberikan rasa kenyamanan dalam berbelanja online dan menyediakan sistem pembayaran yang bisa diterima banyak orang, diharapkan akan semakin banyak orang Indonesia yang tidak akan ragu lagi untuk berbelanja, baik menggunakan kartu kredit ataupun debit mereka.

Seperti yang anda ketahui bahwa Indonesia memiliki berbagai macam bank. Banyaknya bank ini termasuk hal yang mempersulit perusahaan e-commerce untuk menerima sistem pembayaran dari berbagai bank ini. Untuk mengatasi hal ini, beberapa perusahaan e-commerce di Indonesia seperti Tiket.com dan Traveloka.com menawarkan sistem pembayaran dari 14 channel pembayaran dari berbagai macam bank. Dengan begini, tidak ada lagi alasan bagi konsumen untuk tidak berbelanja online karena masalah pembayaran sudah dipecahkan.

PENGALAMAN MEMBELI BARANG SECARA ONLINE

Pada kesempatan kali ini saya akan sharing kepada para pembaca mengenai pengalaman membeli barang secara online. Saya ini termasuk golongan yang ga yakin sama belanja barang secara online, karena sebagian besar toko online mensyaratkan untuk transfer uang terlebih dahulu sebelum barang yang dibeli dikirim ke alamat pembeli. Saya berfikir, bagaimana kalau uangnya sudah di transfer dan barang tidak dikirim? Oleh sebab itulah saya memutuskan untuk tidak pernah melakukan transaksi online. Tetapi saya berubah pikiran, sewaktu saya masih 2 SMA. Pada saat itu teman saya membeli jersey dan aksesoris klub ‘Real Madrid’. Lalu saya bertanya kepada teman saya dimana dia membeli jersey dan aksesoris klub Real Madrid tersebut, lalu dia memberitahu saya bahwa dia membelinya secara online di salah satu toko online yang ada di ‘Facebook’. Saya pun tertarik, lalu saya minta rekomendasi toko online mana saja yang terpercaya tanpa adanya penipuan. Lalu saya akhirnya browsing toko online yang teman saya rekomendasikan kepada saya. Pertama kali saya membeli barang secara online itu di toko yang bernama ‘Distro Jersey Ind’, toko ini menjual bermacam-macam pakaian. Karena awalnya saya tertarik hanya untuk membeli jersey klub Real Madrid, saya hanya membeli jersey Real Madrid di toko tersebut. Langkah-langkah pembeliannya pun tidak ribet, hanya melihat-lihat pakaian mana yang ingin kalian beli dan sms atau bbm saja nomor atau pin bbm yang tertera pada catatan di gambar pakaian yang di jual di toko tersebut. Lalu saya telah konfirmasi ke penjualnya dan hanya mentransfer uang ke rekening yang telah diberitahu si penjual. Uangnya pun sudah ditransfer dan yang saya tidak takut akan penipuan, karena ada album testimoni, album tersebut berisi fakta-fakta tentang pembeli lain yang telah belanja online di toko tersebut. Sekitar 3-4 hari pesanan yang saya pesan pun datang melalui courir JNE, mungkin si penjual menggunakan jasa JNE untuk mengirim barang ke alamat saya. Saya merasa puas akan pembelian barang secara online ini tanpa ada kecacatan dari barang yang di pesan. 

Setelah pengalaman pertama kali saya dalam membeli barang secara online. Saya berminat kembali untuk membeli barang-barang secara online. Saya pernah beli barang di lazada, bhineka, tokopedia, dan toko online lainnya.

0 komentar:

Posting Komentar