A.
PENGERTIAN
Budaya adalah bentuk
jamak dari kata budi dan daya yang berarti cinta, karsa, dan rasa. Kata budaya
sebenarnya berasal dari bahasa Sanskerta budhayah yaitu bentuk jamak kata
buddhi yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa Inggris, kata budaya berasal
dari kata culture, dalam bahasa Belanda diistilahkan dengan kata cultuur, dalam
bahasa Latin, berasal dari kata colera. Colera berarti mengolah, mengerjakan,
menyuburkan, mengembangkan tanah (bertani). Kemudian pengertian ini berkembang
dalam arti culture, yaitu sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk
mengolah dan mengubah alam. Berikut pengertian budaya atau kebudayaan dari
beberapa ahli:
1) E. B. Taylor, budaya
adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain serta
kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
2) R. Linton, kebudayaan
dapat dipandang sebagai konfigurasi tingkah laku yang dipelajari dan hasil
tingkah laku yang dipelajari, di mana unsur pembentuknya didukung dan
diteruskan oleh anggota masyarakat lainnya.
3) Koentjaraningrat,
mengartikan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, milik diri
manusia dengan belajar.
4) Selo Soemardjan dan
Soelaeman Soemardi, mengatakan bahwa kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa,
dan cipta masyarakat.
5) Herkovits, kebudayaan
adalah bagian dan lingkungan hidup yang diciptakan oleh manusia.
Dengan demikian, kebudayaan atau budaya menyangkut keseluruhan aspek kehidupan manusia baik material maupun non-material. Sebagian besar ahli yang mengartikan kebudayaan seperti ini kemungkinan besar sangat dipengaruhi oleh pandangan evolusionisme, yaitu suatu teori yang mengatakan bahwa kebudayaan itu akan berkembang dari tahapan yang paling sederhana menuju ke tahapan yang lebih kompleks.
Dengan demikian, kebudayaan atau budaya menyangkut keseluruhan aspek kehidupan manusia baik material maupun non-material. Sebagian besar ahli yang mengartikan kebudayaan seperti ini kemungkinan besar sangat dipengaruhi oleh pandangan evolusionisme, yaitu suatu teori yang mengatakan bahwa kebudayaan itu akan berkembang dari tahapan yang paling sederhana menuju ke tahapan yang lebih kompleks.
B. MANUSIA
Dalam ilmu eksakta, manusia
dipandang sebagai kumpulan dari partikel-partikel atom yang membentuk
jaringan-jaringan sistem yang dimiliki oleh manusia (ilmu kimia), manusia
merupakan kumpulan dari berbagai sistem fisik yang saling terkait satu sama
lain dan merupakan kumpulan dari energi (ilmu fisika), manusia merupakan
makhluk biologisyang tergolong dalam golongan makhluk mamalia (biologi). Dalam
ilmu-ilmu sosial manusia merupakan makhluk yang ingin memperoleh keuntungan
atau selalu memperhitungkan setiap kegiatan, sering disebut homo economicus
(ilmu ekonomi), manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat berdiri
sendiri (sosiologi), makhluk yang selalu ingin mempunyai kekuasaan (politik)
makhluk yang berbudaya, sering disebut homo-humanus (filsafat), dan lain
sebagainya.
Ada dua pandangan yang akan kita
jadikan acuan untuk menjelaskan tentang unsur-unsur yang membangun manusia
1) Manusia terdiri dari
empat unsur terkait, yaitu
a. Jasad
b. Hayat
c. Ruh
d. Nafs
2) Manusia sebagai satu
kepribadian mengandung tiga unsur, yaitu :
a a) Id, merupakan
libido murni,atau energi psikis yang menunjukkan ciri alami yang
irrasional dan terkait dengan sex, yang
secara instingtual menentukan proses-proses ketidaksadaran (unconcious).
Terkurung dari realitas dan pengaruh sosial, Id diatur oleh prinsip kesenangan,
mencari kepuasan instingsual libidinal yang harus dipenuhi baik secara langsung
melalui pengalaman seksual, atau tidak langsung melalui mimpi atau khayalan.
b) Ego, merupakan bagian atau
struktur kepribadian yang pertama kali dibedakan dari Id, seringkali disebut
sebagai kepribadian “eksekutif” karena peranannya dalam menghubungkan energi Id
ke dalam saluran sosial yang dapat dimengerti oleh orang lain.
c) Superego, merupakan kesatuan
standar-standar moral yang diterima oleh ego dari sejumlah agen yang mempunyai
otoritas di dalam lingkungan luar diri, biasanya merupakan asimilasi dari
pandangan-pandangan orang tua.
C. PERWUJUDAN KEBUDAYAAN
Beberapa ilmuwan seperti
Talcott Parson (Sosiolog) dan al Kroeber (Antropolog) menganjurkan untuk
membedakan wujud kebudayaan secara tajam sebagai suatu sistem. Di mana wujud
kebudayaan itu adalah sebagai suatu rangkaian tindakan dan aktivitas manusia
yang berpola. Demikian pula Jj. Honigmann dalam bukunya The World of Man (1959)
membagi budaya dalam tiga wujud, yaitu: ideas, activities, and artifact.
Sejalan dengan pikiran para ahli tersebut, Koentjaraningrat mengemukakan bahwa
kebudayaan itu dibagi atau digolongkan dalam tiga wujud, yaitu:
1) Wujud sebagai suatu
kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai nilai, norma-norma, dan peraturan. Wujud
tersebut menunjukkan wujud ide dari kebudayaan, sifatnya abstrak, tak dapat
diraba, dipegang, ataupun difoto, dan tempatnya ada di alam pikiran warga
masyarakat di mana ke-budayaan yang bersangkutan itu hidup. Kebudayaan ideal
ini disebut pula tata kelakuan, hal ini menunjukkan bahwa budaya ideal mempunyai
fungsi mengatur, mengendalikan, dan memberi arah kepada tindakan, kelakuan dan
perbuatan manusia dalam masyarakat sebagai sopan santun. Kebudayaan ideal ini
dapat disebut adat atau adat istiadat, yang sekarang banyak disimpan dalam
arsip, tape, dan hardisc komputer. Kesimpulannya, budaya ideal ini adalah
merupakan perwujudan dari kebudayaan yang bersifat abstrak.
2) Wujud kebudayaan
sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat. Wujud tersebut dinamakan sistem sosial, karena menyangkut tindakan
dan kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Wujud ini bisa diobservasi,
difoto dan didokumentasikan karena dalam sistem sosial ini terdapat
aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi dan berhubungan serta bergaul satu
dengan lainnya dalam masyarakat. Lebih jelasnya tampak dalam bentuk perilaku
dan bahasa pada saat mereka berinteraksi dalam pergaulan hidup sehari-hari di
masyarakat. Kesimpulannya, sistem sosial ini merupakan perwujudan kebudayaan
yang bersifat konkret, dalam bentuk perilaku dan bahasa.
3) Wujud kebudayaan
sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud yang terakhir ini disebut pula
kebudayaan fisik. Di mana wujud budaya ini hampir seluruhnya merupakan hasil
fisik (aktivitas perbuatan, dan karya semua manusia dalam ma-syarakat).
Sifatnya paling konkret dan berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba,
dilihat, dan difoto yang berwujud besar ataupun kecil. Contohnya: Candi
Borobudur (besar), kain batik, dan kancing baju (kecil), teknik bangunan misalnya,
cara pembuatan tembok dengan fondasi rumah yang berbeda bergantung pada kondisi. Kesimpulannya, kebudayaan fisik ini
merupakan perwujudan kebudayaan yang bersifat kon-kret, dalam bentuk
materi/artefak.
D. SUBSTANSI (ISI) UTAMA BUDAYA
D. SUBSTANSI (ISI) UTAMA BUDAYA
Substansi (isi) utama
kebudayaan merupakan wujud abstrak dan segala macam ide dan gagasan manusia
yang bermunculan di dalam masyarakat yang memberi jiwa kepada masya-rakat itu
sendiri, baik dalam bentuk atau berupa sistem pengetahuan, nilai, pandangan
hidup, kepercayaan, persepsi, dan etos kebudayaan.
1. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan yang
dimiliki manusia sebagai makhluk sosial merupakan suatu akumulasi dari
perjalanan hidupnya dalam hal berusaha memahami:
a. Alam sekitar;
b. Alam flora di daerah
tempat tinggal;
c. Alam fauna di daerah
tempat tinggal;
d. Zat-zat bahan mentah,
dan benda-benda dalam lingkungannya
e. Tubuh manusia;
f. Sifat-sifat dan
tingkah laku sesama manusia;
g. Ruang dan waktu.
Untuk memperoleh
pengetahuan tersebut di atas manusia melakukan tiga cara, yaitu:
a) Melalui pengalaman dalam kehidupan sosial. Pengetahuan melalui pengalaman langsung ini akan membentuk kerangka pikir individu untuk bersikap dan bertindak sesuai dengan aturan yang dijadikan pedomannya.
a) Melalui pengalaman dalam kehidupan sosial. Pengetahuan melalui pengalaman langsung ini akan membentuk kerangka pikir individu untuk bersikap dan bertindak sesuai dengan aturan yang dijadikan pedomannya.
b) Berdasarkan
pengalaman yang diperoleh melalui pendidikan formal/resmi (di sekolah) maupun
dari pendidikan non-formal (tidak resmi), seperti kursus kursus,
penataran-pena-taran, dan ceramah.
c) Melalui
petunjuk-petunjuk yang bersifat simbolis yang sering disebut sebagai komunikasi
simbolis.
2. Nilai
2. Nilai
Nilai adalah sesuatu
yang baik yang selalu diinginkan, dicita-citakan dan dianggap pen-ting oleh
seluruh manusia sebagai anggota masyarakat. Karena itu, sesuatu dikatakan
me-miliki nilai apabila berguna dan berharga (nilai kebenaran), indah (nilai estetika),
baik (nilai-moral atau etis), religius (nilai agama).
C. Kluchohn
mengemukakan, bahwa yang menentukan orientasi nilai budaya manusia di dunia
adalah lima dasar yang bersifat universal, yaitu:
a) Hakikat hidup manusia
(MH)
b) Hakikat karya manusia
(MK)
c) Hakikat waktu manusia
(MW)
d) Hakikat alam manusia
(MA)
e) Hakikat hubungan
antarmanusia (MM)
3. Pandangan Hidup
Pandangan hidup
merupakan pedoman bagi suatu bangsa atau masyarakat dalam men-jawab atau
mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya. Di dalamnya terkandung konsep
nilai kehidupan yang dicita-citakan oleh suatu masyarakat. Oleh karena itu,
pandangan hidup merupakan nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat dengan
dipilih secara selektif oleh individu, kelompok, atau bangsa.
4. Kepercayaan
Kepercayaan yang
mengandung arti yang lebih luas daripada agama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa. Pada dasarnya, manusia yang memiliki naluri untuk meng-hambakan
diri kepada yang Mahatinggi, yaitu dimensi lain di luar diri dan lingkungannya,
yang dianggap mampu mengendalikan hidup manusia. Dorongan ini sebagai akibat
atau refleksi ketidakmampuan manusia dalam menghadapi tantangan-tantangan
hidup, dan hanya yang Mahatinggi saja yang mampu memberiikan kekuatan dalam
mencari jalan keluar dari perma-salahan hidup dan kehidupan.
5. Persepsi
Persepsi atau sudut
pandang ialah suatu titik tolak pemikiran yang tersusun dari sepe-rangkat
kata-kata yang digunakan untuk memahami kejadian atau gejala dalam kehidupan.
Persepsi terdiri atas:
1) persepsi sensorik,
yaitu persepsi yang terjadi tanpa menggunakan salah satu indra
manusia;
manusia;
2) persepsi telepati,
yaitu kemampuan pengetahuan kegiatan mental individu lain;
3) persepsi
clairvoyance, yaitu kemampuan melihat peristiwa atau kejadian di tempat
lain, jauh
dari tempat orang yang bersangkutan.
6. Etos Kebudayaan
Etos atau jiwa
kebudayaan (dalam antropologi) berasal dan bahasa Inggris berarti watak khas.
Etos sering tampak pada gaya perilaku warga misalnya, kegemaran-kegemaran warga
masyarakatnya, serta berbagai benda budaya hasil karya mereka, dilihat dari
luar oleh orang asing. Contohnya, kebudayaan Batak dilihat oleh orang Jawa,
sebagai orang yang agresif, kasar, kurang sopan, tegas, konsekuen, dan
berbicara apa adanya. Sebaliknya kebudayaan Jawa dilihat oleh orang Batak,
bahwa watak orang Jawa memancarkan keselarasan, kesuraman, ketenangan yang
berlebihan, lamban, tingkah laku yang sukar ditebak, gagasan yang
berbelit-belit, feodal, serta diskriminasi terhadap tingkatan sosial.
E. SIFAT – SIFAT BUDAYA
Kendati kebudayaan yang
dimiliki oleh setiap masyarakat itu tidak sama, seperti di Indonesia yang
terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang berbeda, tetapi setiap kebu-dayaan
mempunyai ciri atau sifat yang sama. Sifat tersebut bukan diartikan secara
spesifik, melainkan bersifat universal. Di mana sifat-sifat budaya itu akan
memiliki ciri ciri yang sama bagi semua kebudayaan manusia tanpa membedakan
faktor ras, lingkungan alam, atau pendidikan. Yaitu
sifat hakiki yang
berlaku umum bagi semua budaya di mana pun.
Sifat hakiki dari
kebudayaan tersebut antara lain:
1. Budaya terwujud dan
tersalurkan dari perilaku manusia.
2. Budaya telah ada
terlebih dahulu daripada lahirnya suatu generasi tertentu dan tidak akan mati
dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan.
3. Budaya diperlukan
oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya.
4. Budaya mencakup
aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan-tindakan
yang diterima dan
ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang, dan tindakan-tindakan yang
diizinkan.
F. SISTEM BUDAYA
F. SISTEM BUDAYA
Sistem budaya merupakan
komponen dari kebudayaan yang bersifat abstrak dan terdiri dari
pikiran-pikiran, gagasan, konsep, serta keyakinan, dengan demikian sistem
kebudayaan merupakan bagian dari kebudayaan yang dalam bahasa Indonesia lebih
lazim disebut sebagai adat istiadat. Dalam adat istiadat terdapat juga sistem
norma dan di situlah salah satu fungsi sistem budaya adalah menata serta
menetapkan tindakan-tindakan dan tingkah laku manusia.
Dalam sistem budaya ini
terbentuk unsur-unsur yang saling berkaitan satu dengan lainnya. Sehingga
tercipta tata kelakuan manusia yang terwujud dalam unsur kebudayaan sebagai
satu kesatuan.
Unsur pokok kebudayaan
(menurut Bronislaw Malinowski):
G. KEPRIBADIAN BANGSA TIMUR
Francis L.K Hsu, sarjana Amerika
keturunan Cina yang mengkombinasikan dalam dalam dirinya keahlian di dalam ilmu
antropologi, ilmu psikologi, ilmu filsafat dan kesusastraan cina klasik.
Ilmu psikologi yang memang
berasal dan timbul dalam masyarakat Barat, dimana konsep individu itu mengambil
tempat yang amat penting. Biasanya menganalisis jiwa manusia dengan terlampaui
banyak menekan kepada pembatasan konsep individu sebagai kesatuan analisis
tersendiri.
Untuk menghindari pendekatan
terhadap jiwa manusia itu, hanya sebagai subyek yang terkandung dlam batas
individu yang terisolasi, maka Hsu telah mengembangkan suatu konsepsi, bahwa
dalam jiwa manusia sebagai makhluk sosial budaya itu mengandung delapan daerah
yang seolah-olah seperti lingkaran-lingkaran konsentris sekitar dan pribadi.
H. PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Melville J. Herkovits dan
Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa Cultural Determinism berarti segala
sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat ditentukkan adanya oleh kebudayaan
yang dimiliki masyarakat itu.
Herkovis memandang kebudayaan
sebagai sesuatu yang superorganic, karena kebudayaan yang turun temurun dari
generasi ke generasi hidup terus. Dalam sehari-hari istilah kebudayaan sering
diartikan sama dengan kesenian, terutama seni suara dan seni tari.
Kebudayaan dari bahasa
sansekerta berasal dari kata budhayah
yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa latin, kebudayaan berasal dari kata
colere, yang berarti mengolah tanah. Jadi secara umum dapat diartikan sebagai
“segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi (pikiran) manusia dengan tujuan
untuk mengolah tanah atau tempat tinggalnya, atau dapat pula diartikan segala
usaha manusia untuk dapat melangsungkan dan mempertahankan hidupnya di dalam
lingkungannya.”.
E.B.Tylor (1871) mendefinisikan
bahwa kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan-kemampuan sebagai anggota
masyarakat.
Selo Sumarjan dan Soelaeman
Soemardi merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta
masyarakat. Sutan Takdir Alisyahbana mengatakan bahwa kebudayaan adalah
manifestasi dari cara berpikir.
I.
UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN
Beberapa orang Sarjana, telah mencoba
merumuskan unsur-unsur pokok kebudayaan. Seperti Melville J. Herkovits
mengajukan pendapatnya tentang unsur kebudayaan menmpunyai empat unsur, yaitu
alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga dan kekuatan politik. Sedangkan
Broinslaw Malinowski mengatakan unsur-unsur itu terdiri dari sistem norma,
organisasi ekonomi, alat-alat atau lembaga ataupun petugas pendidikan, dan
organisasi kekuatan.
C.Kluckhohn dalam karyanya
berjudul Universal Categories of Culture mengemukakan ada tujuh kebudayaan universal,yaitu
:
1.
Sistem Religi (sistem
kepercayaan), merupakan produk manusia sebagai homo relogieus.
2.
Sistem Organisasi
Kemasyarakatan, merupakan produk dari manusia sebagai homo socius.
3.
Sistem Pengetahuan, merupakan
produk manusia sebagai homo sapiens.
4.
Sistem mata pencaharian hidup
dan sistem-sistem ekonomi, merupakan produk manusia sebagai homo economicus.
5.
Sistem Teknologi dan Peralatan,
merupakan produk dari manusia sebagai homo faber.
6.
Bahasa, merupakan produk dari
manusia sebagai homo longuens.
7.
Kesenian, merupakan hasil dari
manusia sebagai homo aesteticus.
J. WUJUD
KEBUDAYAAN
Menurut dimensi wujudnya,
kebudayaan mempunyai tiga wujud yaitu,
1.
Kompleks gagasan, konsep, dan
pikiran manusia
Wujud ini disebut sistem
budaya, sifatnya abstrak, tidak dapat dilihat, dan berpusat dalam alam pikiran
warga masyarakat dimana kebudayaan bersangkutan hidup.
2. Kompleks
aktivitas
Berupa aktivitas manusia
yang saling berinteraksi, bersifat konkret, dapat diamati atau diobservasi.
Wujud ini disebut sistem sosial yang terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia
yang berinteraksi, berhubungan serta bergaul satu sama lain dari waktu ke
waktu.
3.
Wujud sebagai benda.
Aktivitas manusia yang
saling berinteraksi tidak lepas dari berbagai penggunaan peralatan sebagai
hasil karya manusia untuk mencapai tujuannya.
K. ORIENTASI NILAI BUDAYA
Menurut C.Kluckhohn
dalam karyanya Variation in Value Orientation (1961) sistem nilai budaya dalam
semua kebudayaan di dunia, secara universal menyangkut lima masalah pokok
kehidupan manusia, yaitu :
aa) Hakekat hidup manusia (MH)
bb) Hakekat karya manusia (MK)
cc) Hakekat waktu manusia (WM)
dd)
Hakekat alam manusia (MA)
ee) Hakekat
hubungan manusia (MN)
L. PERUBAHAN KEBUDAYAAN
Tidak ada kebudayaan yang
statis, semua kebudayaan mempunyai dinamika dan gerak. Gerak kebudayaan
sebenarnya adalah gerak manusia yang hidup dalam masyarakat yang menjadi wadah
kebudayaan tersebut.
Terjadinya gerak/perubahan ini
disebabkan oleh beberapa hal :
·
Sebab-sebab yang berasal dari
dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri.
·
Sebab-sebab perubahan lingkungan
alam dan fisik tempat mereka hidup.
Perubahan ini, selain karena
jumlah penduduk dan komposisinya, juga karena adanya difusi kebudayaan,
penemuan-penemuan baru, khususnya teknologi dan inovasi.
Perubahan sosial adalah segala
perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalamsuatu masyarakat, yang
mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan
pola-pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Perubahan kebudayaan adalah
perubahan yang terjadi dalam sistem ide yang dimiliki bersama oleh para warga
masyarakat atau sejumlah warga masyarakat yang bersangkutan, antara lain
aturan-aturan, norma-norma yang digunakan sebagai pegangan dalam kehidupan,
juga teknologi, selera, rasa keindahan (kesenian), dan bahasa.
Beberapa factor yang
mempengaruhi diterima atau tidaknya suatu unsure kebudayaan baru, antara lain:
·
Terbatasnya masyaratak memiliki
hubungan atau kontak dengan kebudayaan dan dengan orang-orang yang berasal dari
luar masyarakat tersebut.
·
Jika pandangan hidup dan
nilai-nilai yang dominant dalam suatu kebudayaan ditentukan oleh nilai-nilai
agama dan ajaran ini terjalin erat dalam keseluruhan pranata yang ada, maka
penerimaan unsure baru itu mengalami hambatan dan harus disensor dulu oleh
berbagai ukuran yang berlandasan ajaran agama yang berlaku.
·
Corak struktur social suatu
masyarakat turut menentukan proses penerimaan kebudayaan baru.
·
Suatu unsure kebudayaan diterima
jika sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang menjadikan landasan bagi
diterimanya unsur kebudayaan yang baru tersebut.
·
Apabila unsur yang baru itu
memiliki skala kegiatan yang terbatas, dan dapat dengan mudah dibuktikan
kegunaannya oleh warga masyarakat yang bersangkutan.
M. KAITAN
MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
Secara sederhana hubungan antara
manusia dan kebudayaan adalah manusia sebagai perilaku kebudayaan, dan
kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan manusia.
Dari sisi lain, hubungan antara
manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang setara dengan hubungan antara
manusia dengan masyarakat dinyatakan sebagai dialektis, maksudnya saling
terkait satu sama lain, proses dialektis tercipta melalui tiga tahap, yaitu :
1.
Eksternalisasi, yaitu proses
dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya.
2.
Obyektivasi, yaitu proses dimana masyarakat
menjadi realitas obyektif.
3.
Internalisasi, yaitu proses
dimana masyarakat disegrap kembali oleh manusia.
Manusia dan kebudayaan, atau
manusia dan masyarakat, oleh karena itu mempunyai hubungan keterkaitan yang
erat atu sama lain. Pada kondisi sekarang ini kita tidak dapat lagi membedakan
mana yang lebih awal muncul manusia atau kebudayaan.
0 komentar:
Posting Komentar